Selasa, 25 Januari 2011

Butterfly Effect...


What We are Now......... 

Efek kupu-kupu ( Butterfly effect) adalah istilah untuk sebuah teori Chaos. Istilah ini merujuk pada sebuah pemikiran bahwa kepakan sayap kupu-kupu di hutan belantara Brazil yang dapat menghasilkan tornado di Texas beberapa bulan kemudian. Fenomena ini juga dikenal sebagai sistem yang ketergantungannya sangat peka terhadap kondisi awal. Hanya sedikit perubahan pada kondisi awal, dapat mengubah secara drastis kelakuan sistem pada jangka panjang. Jika suatu sistem dimulai dengan kondisi awal dua maka hasil akhir dari sistem yang sama akan jauh berbeda jika dimulai dengan 2,000001 di mana 0,000001 sangat kecil sekali dan wajar untuk diabaikan. Dengan kata lain: kesalahan yang sangat kecil akan menyebabkan bencana dikemudian hari.

Teori Chaos adalah teori yang berkenaan dengan sistem yang tidak teratur seperti awan, pohon, garis pantai, ombak dll : random, tidak teratur dan anarkis. Namun bila dilakukan pembagian (fraksi) atas bagian-bagian yang kecil, maka sistem yang besar yang tidak teratur ini didapati sebagai pengulangan dari bagian-bagian yang teratur. Secara statistik: Chaos adalah kelakuan stokastik dari sistem yang deterministik. Sistem yang deterministik (sederhana, satu solusi) bila ditumpuk-tumpuk akan menjadi sistem yang stokastik (rumit, solusi banyak).



Edward Norton Lorenz menemukan efek kupu-kupu atau apa yang menjadi landasan teori chaos pada tahun 1961 di tengah-tengah pekerjaan rutinnya sebagai peneliti meteorologi. Ia dilahirkan pada 23 Mei 1917 di Amerika Serikat dan memiliki latar belakang pendidikan di bidang matematika dan meteorologi dari
MIT. Dalam usahanya melakukan peramalan cuaca, dia menyelesaikan 12 persamaan diferensial non-linear dengan komputer. Pada awalnya dia mencetak hasil perhitungannya di atas sehelai kertas dengan format enam angka di belakang koma (...,506127). Kemudian, untuk menghemat waktu dan kertas, ia memasukkan hanya tiga angka di belakang koma (...,506) dan cetakan berikutnya diulangi pada kertas sama yang sudah berisi hasil cetakan tadi. Sejam kemudian, ia dikagetkan dengan hasil yang sangat berbeda dengan yang diharapkan. Pada awalnya kedua kurva tersebut memang berimpitan, tetapi sedikit demi sedikit bergeser sampai membentuk corak yang lain sama sekali.

Ini tentang bagaimana manusia selalu berpikir tentang apa yang terbaik menurut nya, tentang angan-angan  yang kadang disebut idealisme dengan selalu mencari pembenaran atas kuasa logis perbuatan, hasilnya terkadang tidak sesui dengan harapan, dengan adanya kesalahan  meskipun  kadang ingin berontak dan kembali, 
andaikan waktu dapat berjalan mundur sehingga kita dapat memperbaiki kesalahan kita yang lalu, apakah kita dapat merubah semua system yang berjalan??apakah itu terbaik menurut kita??masih saja ego kita menguasai pembenaran, karena tidak puasnya kita akan system Allah yang sedang berlangsung

Apakah dalam setiap kesalahan dari perbuatan masa lalu kita tidak terdapat pelajaran yang bisa merubah kita tentang makna kehidupan, Bukankah terasa keinginan kita untuk menyamai Tuhan dengan cara mengingkari takdirNYA, dan RESET keluar dari system bukanlah merupakan jalan terbaik.
 
Akan lebih bijak bila kita mampu menyikapi setiap takdir ALLAH dengan menerima secara jujur dan ikhlas. berusaha lebih keras dan lebih matang dalam menentukan langkah.
lalu bagaimanakah kita akan berjalan atau berhenti.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar